Where We Stayed
Uma Karan, Jl. Bidadari III/8, Kunti 2, Seminyak
Satu lagi hasil browsingan Agoda. Hotel ini buat saya juara! Meski dari luar terlihat mungil dan sederhana ala losmen, tapi dalamnya bagus. Layoutnya juga efisien banget, nggak ada ruang yang terbuang percuma. Masuk-masuk langsung ketemu reception area. Lurus dikit ada area sarapan ala rustic yang manis di ujung kolam renang, berseberangan dengan beberapa daybeds untuk berjemur di ujung lain kolam renang.
Jumlah kamar di Uma Karan cuma 8, dan semuanya pool side. Jadi buka kamar bisa langsung nyebur kalau mau. Jangan tertipu sama penampakan luarnya, kamar di sini luaaaaaaas banget. Kesan luas ini semakin diperkuat karena banyaknya cahaya alami yang masuk, soalnya pintu kamar terbuat dari kaca. Dinding yang menghadap ke taman juga dipenuhi jendela ukuran besar soalnya, dan semua kaca ini ditutup dengan vitrage ajaib. Kenapa saya bilang ajaib? Soalnya dari dalam kamar kita bisa melihat ke luar, dan cahaya dari luar bisa masuk semua, tapi dari luar nggak kelihatan apa-apa lho. Burem aja gitu. Keren ya?
Fasilitas kamar terbilang lengkap : ada free wifi, ada teko untuk masak air panas lengkap dengan kopi/teh instan, bahkan ada sofa & coffee table segala. Kami juga disambut dengan welcome cookies rasa chocolate chip yang rasanya enak. Tau aja dia kalo gw demen gratisan. Saya beneran males keluar kamar jadinya.
Kamar mandinya cukup luas dan terang. Yang saya suka, sebagian langit-langit kamar mandi dibuat transparan, sehingga banyak cahaya alami yang bisa masuk. Free breakfast juga enak dengan beberapa pilihan : American Style (ada 2 jenis), Continental Style & Indonesian Style. American style breakfast termasuk 2 butir telur (bisa pilih mau dadar, ceplok, rebus, rebus setengah matang), 2 potong roti, teh/kopi/jus dan sosis ayam.
Satu-satunya kekurangan Uma Karan adalah lo ka si. Doi kurang dekat dari pusat keramaian di Jalan Raya Seminyak ataupun Jalan Petitenget, dan sekitarnya masih agak sepi. Bahkan di seberang hotel ini masih berupa padang rumput lho. Ahahaha. Buat yang biasa liburan ala backpacker mungkin nggak masalah, tapi kalau suka manis manja lebih baik sewa vespa atau mobil. Apalagi dalam kasus kami, biasanya kekenyangan abis nyoba-nyoba makanan, jadi kebayang malesnya pulang jalan kaki *pantes timbangan gw nambah.
Where We Ate
Kafe Batan Waru Kuta, Jl. Kartika Plasa Street, Kuta – +62 361 766303
Bukan suami saya kalau nggak balik ke tempat favoritnya. Lagi-lagi pasti yang dipesan adalah sop buntut. Huahahaha gak kreatif. Untuk dessert kami pesan creme brulee yang enaaaaak banget. Aroma vanilla nya segar dan nggak terlalu eneg, rasa pahit manis karamelnya juga pas.
Metis, Jl. Petitenget No 6, Seminyak – +62.361.4737.888
Ceritanya kami nih mau romantic dinner gitu deh. Hahaha. Setelah browsing sana-sini, Metis adalah salah satu restoran yang berkali-kali disebutkan dalam daftar fine dining terbaik di Bali (menurut para turis asing).
Jadilah kita bikin reservasi untuk mamam-mamam romantis malam minggu. Dandan sekece mungkin, meskipun tetep laid back ala Bali (baca : nggak bikin gerah). Naik mobil sewaan yang nggak terlalu istimewa. Pas sampai sana…HUWOW! Bagus amat restorannya! Kan tau sendiri ya di Bali suka susah tempat parkir, disini parkirannya gedeeeee dan bisa valet segala. Untuk masuk ke area makan kita harus melewati ruangan semacam galeri.
Menu makanan sih ala perancis banget ya, meskipun dengan menggunakan bahan lokal, seperti misalnya appetizer kami adalah salad kepiting soka. Rasanya? Tergantung selera masing-masing sih. Karena saya suka penasaran sama makanan-makanan baru, jadi saya bisa menikmati keunikan rasa yang ditawarkan. Tapi buat suami saya yang lidahnya Padang banget, tentu buat dia nggak ada enak-enaknya. Hahahaha, kasian diaaaa. Untungnya masih ada menu-menu yang ramah lidah seperti steak. Jadi kalau nggak berani berpetualang ya mending makan steak ajah.
Metis sebenarnya terkenal karena foie gras-nya alias hati bebek. Tadinya antara mau coba sama nggak, tapi akhirnya mengurungkan niat karena saya nggak suka hati ayaaaam hohoho. Saya juga tadinya berharap banyak dari raspberry souffle yang kami pesan untuk dessert, tapi ternyata masih kurang matang sehingga tekstur dalamnya masih basah. Kalah deh sama raspberry souffle di BakerzInn.
Yang jadi highlight malam itu sebenarnya adalah pemandangan. Metis ini konsepnya open air, jadi kita makan dengan disuguhi pemandangan taman teratai, dengan sinar temaram lilin. Ah aku sungguh merasakan aura romansa! Hahaha.

From top left : Reservations are written on a leaf, tuna tataki appetizers and butter bar for bread, after meal napkins come in pill forms to be dipped in aromatherapic infused water to make them grow into hand sized
Biku, Jl. Raya Petitenget No 888, Seminyak – +62 361 8570888
Biku ini salah satu tempat yang ingin banget saya coba, karena terkenal untuk High Tea nya (itu lho, minum teh ala bangsawan inghris). Purely because I have a sweet tooth!
Saat kami ke sana, sempet deg-degan karena belum bikin reservasi. Sedangkan saya baru baca beberapa komentar di Trip Advisor bahwa sebaiknya reservasi dulu karena tempat terbatas dan bisa antri sampai 45 menit. Untungnya saat kami datang nggak pakai antri lho, langsung dapat tempat!
Restoran ini berbentuk pendopo ala arsitektur Jawa. Dekor interiornya pun kayu semua dengan nuansa Jawa, bergabung dengan satu pojokan yang berfungsi sebagai toko buku, dan ada juga barang antik yang dipajang di rak-rak sepanjang dinding. Antik-antik ini juga dijual lho, dan para bulay banyak yang belum duduk udah mungut-mungutin benda antik ini untuk nanti dibeli.
Sesuai tujuan awal untuk mencoba aneka kue, saya pesan paket High Tea. Kebetulan hari itu adalah hari ibu versi Australia, jadi ada paket Mother’s Day Special High Tea. Isinya : 1 poci teh pilihan kita, 6 potong sandwich (isi salmon, isi timun dan isi ayam), 2 scone, 3 mini cupcake, 1 biskuit jahe, quiche bayam, dan 1 mangkuk strawberry segar dengan fresh cream. Ternyata meski terlihat mungil, ngabisinnya susah banget lho, sampai rasanya begah. Ya ampun pulangnya diseret aja boleh gak ini? Mobil derek mana mobil derek?
Saya pilih Rose Tea yang sebenernya sih teh biasa, tapi pakai aroma mawar (yakaliii aroma jeruk?). Poci, cangkir, piring kecil untuk kue semuanya bermotif seragam dan ada bisik-bisik tetangga bahwa itu keramik merk Royal Albert. Huwow aku jadi ingin ganti pakai gaun cocktail, pakai topi-topi fascinator terus telpon Kate Middleton. “Halo, Kate? Gw lagi minum teh nih, would you care to join?” sambil pegang cangkir dengan kelingking ngetril tentunya. *dibedil paspampres inggris
Untuk makanan berat, si abang pesen…apa lagi kalau bukan Sop Buntut. Hahaha. Tapi ternyata enak lho, dan Sop Buntut di Biku ini dapet ponten yang lebih tinggi dari Sop Buntut Kafe Batan Waru.
Dessert di sini sungguh aneka ria safari. Cakes of the day dipajang di depan kasir. Kita bisa beli per potong untuk makan di situ ataupun dibawa pulang. Berhubung si abang lagi doyan apple pie, jadi kami pesanlah itu kue meskipun perut sudah nyaris meledak. ENAK. YA AMPUN RASANYA NGGAK MAU PULANG!
Kesimpulannya, kami pasti akan kembali ke Biku suatu hari nanti kalau ke Bali lagi *Amin! Oya, untuk yang mau ke sini, lebih baik reservasi ya. Mungkin saya cuma hoki gak antri, karena pas saya pulang antrinya udah agak lumayan.
Where We Went
Ku De Ta, Jl. Kayu Aya 9, Seminyak
Ngapain ke Bali kalau nggak ke pantai? Dengan asumsi khalayak turis ibukota akan berbondong-bondong ke Potato Head, akhirnya kami memilih Ku De Ta. Ternyata ramenya sami mawon podo kabeh sama ajah. Hadeh. Sampe ngglosor di rumput, itu aja masih untung saya masih kebagian bantalan buat duduk. Bulay-bulay yang datengnya kesorean aja sampe nyempil-nyempil tanpa alas duduk hahaha.
Kami ke sini cuma buat nonton matahari terbenam aja sih, tapi ya tempatnya terlalu ramai. Mungkin sudah saatnya cari alternatif yang lebih sepi untuk bengang bengong liat sunset.
hua aku suka review hotelnya tampak unyu dan kolam renangnya menggoda bgt yah buat diceburin..
Iya hotelnya enak deeeh in. Dan gak terlalu mahal. Ayo dicoba in bersama pacar baru *eh